This Old Man in School
So, I knew this old man. Namanya pak Malik. Dia penjaga sekolah sewaktu saya masih SMA. Entah di sekolah lain, kalo di sekolah saya, si pak Malik dan pak Rauf ini luar biasa. Temennya anak-anak. Angels.
Read more »
Sampai detik-detik terakhir (bahkan kadang udah lewat jam masuk), mereka masih membuka pintu gerbang. Kalaupun akhirnya harus menutup pintu, they always looked sorry. Bukan tipe penjaga sekolah yang jadi sombong karena dikasih 'power' sama sekolah.
Dulu, dengan status saya yang masih murid baru, saya masih belum kenal siapapun di sekolah. Sebelum bertemu dengan sahabat-sahabat gila saya. Suatu sore saya permisi menumpang di posnya sambil menunggu jemputan papa. Papa pasti selalu kena macet. Ngobrol ngalor-ngidul. Dari situlah saya kenal mereka.
***
Menginjak tahun kedua saya di SMA. 2004. So, I knew this guy. This guy would be my bestfriend later. Karena jalan pulang yang searah, dan males nunggu jemputan papa yang terlalu sore, saya selalu nebeng pulang bareng dia. And it happened until the senior year came.
Pak Malik selalu bilang, "hati-hati!"
Ketika di tahun terakhir dan di hari-hari terakhir saya di SMA. 2006. Suatu hari di jam pulang sekolah ketika saya menunggu sahabat saya itu mengambil motornya di parkiran, Pak Malik berkata sesuatu, "Ntar kalo lo udah kuliah, udah kerja, udah nikah jangan lupa ya sama gue." Saya hanya cengar-cengir saja. Ketika sahabat saya itu datang, dia membisikkan sesuatu ke telinga saya, "Jangan lupa undangannya ya," sambil melirik ke arah sahabat saya yang sedang membetulkan helmnya.
"Apa sih, Pak..."
***
Tahun terakhir kuliah. 2010. Akhirnya sahabat saya ini mengungkapkan rasa sukanya yang ternyata sudah dipendamnya sejak lama. Saya langsung teringat pak Malik. He was right. Somehow, saya berpikir, dia harus tau ini.
Jadi, pulanglah saya ke Jakarta dengan alasan reuni ekskul. And so I met him again. Lalu saya melambai kepadanya dari kejauhan. Masih ingatkah dia dengan saya?
"Kemana aja lo? Nggak pernah keliatan. Sombong banget sih sama gue. Gimana Bandung?" Dia masih ingat. Sangat ingat. :')
"Pak, kamu harus tau. Aku jadian sama dia."
"Tuh kan, apa gue bilang..."
"Jangan lupa ya undangannya..."
***
Kerja, hampir menginjak tahun pertama. April 2012. Tenggelam oleh pekerjaan. Sampai suatu hari saya menerima broadcast message, "Inna lillahi wa inna illaihi roji'un. Telah meninggal pak Malik, satpam SMAN 78. Semoa semua amal ibadahnya dibalas oleh Allah SWT."
Deg.
Pak Malik.
Saya begitu tenggelam dengan pekerjaan. Sampai saya nggak pernah sempat memberitahunya. Memberitahu bahwa kami sudah tidak bersama lagi, bahkan tidak bisa menjadi sahabat lagi. Saya ingin dia tau. Bukan untuk menyalahkannya. Bukan.
Tapi karena dia tau saat kami bersama. Tak adil rasanya jika dia tidak tau saat kami tak lagi bersama.
Pak, maaf aku nggak bisa ngasih undangannya. Because, people do change.
Or maybe he'd already knew it.
***
I bet he knows it now.
Pak, could you help me one thing last. There's one named Malik there, don't look for him. Ask him, where's Ridwan instead. Because you're belong with Ridwan. Because you've always lived like angel here.
Selamat jalan, Pak. Rest in peace.
Hei, saya akan tetap mengirim undangannya kok, Pak. Tapi dengan cetakan nama yang berbeda tentunya. Dengan pria yang bisa membuat saya bahagia lebih dari sahabat saya. Insya Allah. :)
Neysa.