Fakta bahwa Rahwana lebih 'gentle' daripada Rama

Dikala nggak ada ide untuk bikin posting yang agak sedikit berguna, repost aja yuk dari blogku yang lama. Marii.. Hari ini adalah mata kuliah favoritku, tentang feminisme oleh mas I Nyoman Sudira. Satu cerita tentang Ramayana (Rama dan Sinta) dari sudut pandang yang berbeda. Walaupun sebenarnya anak-anak HI yang ikut kuliahnya mas Nyoman jam 7 udah pada tau, tapi aku rasa bahkan semua orang (sukur-sukur kalo ada yang baca blogku) perlu mengetahuinya.

Jadi, awalnya, dosenku ini mendeklarasikan opininya yang mengatakan Rahwana jauh lebih gentle ketimbang Rama.

Pretty shocking, huh?!

Tapi, setelah beliau cerita, kayaknya emang ada benernya sih. Fakta-fakta yang membuktikan bahwa Rama nggak ‘jantan’ dibandingkan Rahwana, antara lain sebagai berikut:

  • Menurut sumber yang dikemukakan International Herald Tribune (IHT), Rahwana secara jantan telah melamar Sinta, namun tidak disetujui oleh ayah Sinta, alasannya karena Rahwana adalah seorang raksasa. Hal ini, bahkan dilakukan jauh sebelum Rama mengenal Sinta pada suatu sayembara di kerajaan Mithila.
  • Masih menurut sumber dari IHT, kerajaan Mithila (tempat Dewi Sinta berada) mengadakan sayembara. Melalui sayembara itulah Rama sebenarnya mendapatkan Sinta. Hanya dengan membengkokkan busur Siwa, yang sebenarnya bukan usaha besar dan sulit mengingat Rama adalah anak dari Dasarata, yang juga orang sakti sampe-sampe angkatan perangnya sempat ditakuti berbagai negara dan tidak pernah kalah dalam pertempuran. Sementara Rahwana yang juga mengikuti sayembara tersebut, terlambat datang, dan didahului oleh Rama.
  • Namun, Rahwana tidak lantas menyerah begitu saja. Setelah mengetahui Sinta hidup di hutan bersama Rama, Rahwana berusaha mengambil Sinta (dan menurutku, laki-laki macam apa yang meninggalkan istrinya di hutan hanya bersama adiknya, Laksmana, yang menurutku agak bego, karena akhirnya diapun meninggalkan Sinta sendirian). At least, Rahwana masih berusaha mendapatkan cintanya, walaupun caranya salah. Mungkin dia udah frustasi *haha*
  • Alih-alih berusaha mencari istrinya sendiri, Rama malah menyuruh Hanoman (emang sih Hanoman utang budi, tapi bukankah sebaiknya Rama yang menyelamatkan istrinya sendiri itu lebih jantan bagi seorang suami atau bahkan seorang laki-laki?!). Sebaliknya, Rahwana memboyong Sinta ke kerajaannya, Alengka (yang digambarkan sebagai taman yang indah, dan bukan tempat yang seram dan remang-remang, haha!).
  • Nah, ada yang harus digarisbawahi. Menurut IHT, dalam cerita Ramayana manapun tidak pernah ada yang mengatakan bahwa Rahwana pernah melakukan tindakan pelecehan seksual terhadap Sinta, yang juga membuktikan Rahwana benar-benar mencintai Sinta, bukan sekedar nafsu belaka.
  • Poin yang berikut ini menurutku yang paling menyentuh. Rahwana itu padahal diceritakan sebagai raksasa yang sakti mandraguna. Jadi, sebenarnya gampang banget kalo dia mengubah dirinya menjadi apapun (buktinya dia bisa berubah jadi Brahmana dalam usahanya merebut Sinta dari Rama), termasuk pangeran yang ketampanannya melebihi Rama. Namun, dia tidak pernah melakukannya, karena sebenarnya Rahwana ingin menunjukkan dirinya, apa adanya kepada Sinta. THAT’S THE MAN! (hatiku meleleh, kawan.. bahkan aku masih merasakan degup jantungku waktu denger mas Nyoman menyebutkan poin ini untuk pertama kalinya)
  • Ketika perang terjadi, ketika Hanoman memporakporandakan Alengka, termasuk membunuh semua keluarga Rahwana, Rahwana tetap kekeuh mempertahankan cintanya, bahkan sampe titik darah penghabisan (dikejar Kyai Dangu milik Rama, dan akhirnya mati terjepit di tengah dua gunung kembar atau ada versi lain yang mengatakan mati karena senjata Rama, Brahma Astra).
  • Yang tambah ngeselin, setelah mendapatkan Sinta kembali, bukannya bahagia, lantas Rama justru nggak percaya Sinta masih setia, dan hebatnya lagi Rama malah sangsi atas kesucian Sinta, dan memutuskan untuk membakar Sinta! (Suami macam apa yang bahkan nggak punya prinsip dasar sebuah hubungan, yaitu kepercayaan dan malah memutuskan membakar istrinya hanya demi ego semata!! Coba kalo sekarang ada suami kayak gitu, apa nggak langsung dipenjara tuh.) Yaah, walaupun kecurigaan Rama itu nggak terbukti, karena Sinta nggak bisa terbakar. Yaiyalah, orang Rahwana nggak pernah ‘ngapa-ngapain’ Sinta, Sinta bahkan nggak lecet sedikitpun tuh. Itu kan bukti juga kalo Rahwana masih respect sama Sinta sebagai perempuan.

Jadi gitu deh. Banyak kan buktinya? Yaah, balik lagi sih ke persepsi masing-masing. Kita juga nggak tau perasaan Sinta yang sebenarnya, apakah dia mencintai Rama atau Rahwana. Nggak ada yang menceritakan perasaan Sinta, toh dia menikah dengan Rama atas dasar keputusan ayahnya mengadakan sayembara dan kebetulan Rama-lah yang memenangkannya (yang menurutku, jadi Sinta menikah bukan atas dasar suka sama suka, tapi lebih karena menurut pada perintah ayahnya). Coba Sinta sekarang ada di sini, pasti bisa ku interview. Haha, ada-ada aja. Jadi pertanyaannya sekarang adalah, apakah masih mengidolakan Rama? Kayaknya perlu dipikir-pikir lagi deh.


So c'mon guys, BE A MAN! Jangan mikir gampangnya aja, if you love someone, then you have to fight for your love. Jangan kayak Rama yang dengan mudahnya mendapatkan Sinta karena sayembara, jadinya dia nggak pernah menghargai Sinta sebagai istrinya.




Laksmana, Rama, Sinta, and Hanoman.

Rahwana

Poor, Sinta..



Ney.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...