Harimau itu...

Alkisah seorang anak manusia, yang selalu menceritakan kesulitan hidupnya, kekurangan orang lain, mengeluh, mengeluh, dan mengeluh. Hidupnya selalu diceritakan dari sisi negatif (tentu saja penyebabnya adalah orang lain), hidup orang lain pun selalu dilihatnya dengan sinis, seakan-akan dirinya lah yang sempurna, dirinya lah yang tanpa cela. Tatapan, dan nada bicara yang merendahkanlah yang ku dengar tiap hari yang keluar dari celah bibirnya.

Awal pertama mendengar ceritanya, simpatik yang aku rasakan. Mungkin memang berat hidupnya. Mungkin memang aku tak pernah merasakan hal yang sama dengan yang dia rasakan. Aku bersimpati dengannya.

Kedua, ketiga kalinya, aku masih ingin mendengar ceritanya yang sudah lewat itu, walaupun terkadang mulai berpikir, apa salahnya dengan masa lalu? Siapa yang tidak pernah salah dengan masa lalu? Aku yakin aku, bahkan dia yang merasa sempurna pun, pernah melakukan kesalahan. Toh itu sudah berlalu. Dan mengeluh tak akan pernah menyelesaikan masalah.

Berikutnya, dia bercerita. Mengenai keluhan yang sama dan keluhan yang baru. Aku pun jadi tak bisa membedakan mana yang benar-benar ia rasakan berat, dan mana yang hanya menjadi obyek drama queennya. Toh ia baik-baik saja hingga saat ini. Mulutnya mulai ber-harimau. Aku tak lagi menanggapinya.

Sampai puncaknya adalah bercandanya yang kelewatan.
And this person was joking on me.

Biasanya, aku tak pernah mengambil hati jika orang-orang membuatku menjadi bahan tertawaan, actually i made my self funny and silly to laugh at sometimes just for the ice-break moment. Tapi bukan untuk direndahkan. Dan dia merendahkanku. Aku bisa merasakannya lewat tatapan dan nada tertawanya. Merendahkan.

Aku sempat sangat marah. Dan untuk ukuran sanguinis, marah karena sebuah joke, berarti kau telah melampaui batas. Tapi aku sadar, jelek atau buruk (sama aja) nya seseorang, orang ini juga mitraku (i don't wanna call this person as a friend or what, just professional matter). I have to act like a pro, and i am. Aku nggak mau hari itu jadi awkward cuma gara-gara tingkah beliau ini, dan aku yang tidak bisa memaafkan.

Oke. Maafkan sajalah. Even, this person NEVER to appologize. EVER. Aku pun tau dia merasa bersalah, tapi mungkin dia terlalu sempurna untuk mengakui kesalahannya.

See! Everyone's NOT perfect. Including you, miss Drama.
(Soon, you'll be queen of this i guess)

Aku tak pernah (dan tak ingin) tau cerita-cerita berikutnya yang mengeluhkan tentang orang lain itu benar atau tidak. Aku ikut sedih kalau itu benar-benar terjadi, but sorry, i don't have any symphatic kinds of feelings for you anymore. You've hurt everybody, don't you know that? Because of your slicky little tongue.

Dan ketika serigalanya benar-benar datang, tak ada yang percaya bahwa serigala itu benar-benar ada. Tak ada yang menolongnya, hingga serigala tersebut menerjang dan mengoyaknya hingga habis tak berbentuk.


Watch your mouth, young lady.


Ney.

p.s: Aku juga mengeluh, i'm just another human being anyway. Lalu, aku berkaca dan bertanya. Apa aku juga menyebalkan seperti itu di mata orang lain? Wuuf i have to change my old habbit then.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...