World With(out) Logics


Dalam postingan kali ini aku ingin menceritakan kisah seorang teman, lebih ke kakak actually, yang selalu menjadi penasehat dalam hal apapun, yang selalu mengedepankan logikanya ke manapun angin membawanya pergi. This time, he's falling in love.

Kebayang nggak, seseorang dengan logikanya kali ini harus pake hati.


Falling, in love.
Yang namanya jatuh pasti sakit, mungkin bukan sakit karena luka atau apa, tapi lebih ke sakitnya harus berkorban.


Dia pernah mengeluh begini,

"Biasanya kalo mantan (-mantan) gue yang dulu mau ngenalin gue sama orang tuanya, itu tandanya kita harus putus."
(dia anti-komitmen)


"Biasanya kalo mantan (-mantan) gue yang dulu cemburu sama temen-temen cewek gue, itu tandanya kita harus putus."
(dia anti dilarang)


"Biasanya kalo sama mantan (-mantan) gue yang dulu gue bisa ngegombal banyak hal, Ney."
(he has a lot of, i'm not gonna say player, but 'experience')


dan kebiasaan-kebiasaan lain.



Sekarang?

"Gue nggak berkutik waktu tiba-tiba di restoran itu gue harus makan bersama orang tuanya, tapi gue nggak pengen putus."


"Gue minta maaf, Ney, gue nggak bisa nonton bareng lo lagi, nggak bisa main-main ke kosan lo lagi, karena cewek gue nggak suka. Tapi gue fine-fine aja Ney dia ngomong gitu, padahal gue anti dilarang-larang. Maaf ya, Ney"


"Nggak tau, Ney. Tiap kali bareng dia, gue nggak bisa berkata-kata, dan lo tau gue cerewetnya kayak apa. Dan justru waktu gue mengutarakan isi hati gue yang sebenarnya, dia justru bilang 'GOMBAL!'. "


Intinya, dia bingung. Super bingung.

Kenapa dia bisa sampe begini?


Dan aku cuma menjawab dengan satu kalimat,

"Selamat datang di dunia orang jatuh cinta, mr. full-of-logics."



Kadang cinta emang nggak butuh yang ribet-ribet, just simple words, those THREE magic words (which i couldn't say during the condition of my solar-plexus), just say it.

Walaupun, aku sendiri kemudian jadi bertanya-tanya, mengapa kita menyukai perubahan itu? Padahal jelas-jelas prinsip kita terabaikan di sana. Logika lainnya.


Satu jawabannya, "Jalani dan nikmati." (karena emang nggak ada jalan lain juga kan.)


You're blessed
, kak. Walaupun aku lagi dingin, dan apatis, dalam hati pun aku masih meyakininya sebagai berkah. Nggak semua orang bisa menikmatinya seperti si kakak ini menikmatinya sekarang.

Dan nggak semua orang juga berani mengejar hal-hal yang butuh pengorbanan kayak gini, beberapa akan pergi di tengah jalan, beberapa yang lain justru bertahan di ego masing-masing, but you ka, jangan menyerah. Yakini aja apa yang di depan mata, yang nanti-nanti urusan belakangan. Karena cinta bukan investasi, nggak usah takut rugi. :)


"Go get her, tiger!"


Ney.

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...