Rezeki Bukan Putri....yang Bisa Tertukar

Hi.

Awal 2014 (sampai dengan April) dalam hidup gue, mungkin jika dibandingkan dengan timeline kehidupan di bumi, mirip dengan 'Dark Ages' alias 'Masa-masa Kegelapan'. Mungkin isi otak gue ibarat European culture yang lagi stagnan dan kehilangan kreativitasnya. Entahlah. Kelam aja gitu.

Beberapa minggu yang lalu, gue terpaksa (dipaksa) bedrest sama dokter. Alasannya agak memalukan sebetulnya... Katanya fisik gue menunjukkan gejala depresi. Men, gue tuh terlihat seperti selemah-lemahnya manusia, tau ga sih. Hahaha.

Anyway, tapi setelah diteliti. Well, gue tau sebabnya. Apalagi kalo bukan masalah pekerjaan. Mulai dari workload segunung, dengan kurangnya SDM, sampe THE F* DRAMA. (sorry for the words, I just can't help it, lol.)

Berawal dari sini, berujung ke dompet. Well, jujur aja gue merasa pekerjaan ini sudah menyita waktu gue, kehidupan sosial gue, emosi dan segala perasaan gue, dan sekarang berujung di fisik gue. Menurut gue, ketika lo harus 'mengorbankan' kehidupan pribadi lo untuk pekerjaan, it's not healthy anymore, guys.

That's why gue mulai merasa gak worth it. Terutama drama & politiknya sih, hahaha. Gue pun yakin, di setiap kantor pasti ada begininya. Tapi yang gue gak yakin adalah apakah dramanya segininya juga. Well... Secara ini kantor pertama sejak kelulusan gue.

Gue pun mulai mencari 'sampingan'. Sebenarnya, alasan pertama bukan karena duitnya (walaupun itu penting banget juga, hahaha), tapi yang paling penting adalah 'sampingan' gue as a photographer ini is my new getaway. Dimana di satu sisi, fotografi adalah obat waras gue, dan sisi lain gue bisa nambah pengalaman dengan dibayar. What else could be more fun than that?

Well, sampailah pada minggu ini gue dapet job ke Bali dari salah satu teman gue yang sekarang kerja di salah satu TV internasional yang ada di Jakarta. Gue di-hire jadi event photographer-nya. 

Seneng lah. Ke Bali, gratis, mewah, dibayar lagi. Alhamdulillah...

Tapi bukan itu intinya. 

Di satu sore ini, di sela-sela pemotretan, gue sama si teman gue ini tetiba kelaperan. Setelah mengikuti keinginan dia yang mau ke Domino's, berangkatlah kita...

Tapi waktu sampe di sana, randomly gue ngeliat Burger King dan jadi pengen beli. Akhirnya gue dan teman gue ini pun belok arah. 

Gak disangka, di dalem Burger King ada yang manggil gue...

"Neysa, ya? Inget gue ga? Zia.."

Gosh. Zia ini adalah teman SMA gue yang gak pernah gue liat atau kedengeran lagi kabarnya SEJAK lulus SMA. Gokil ga tuh? 

Ternyata doi jadi store manager di situ. Gokil ya... Gue pun amazed atas prestasi dia, yang udah jadi manager di umur gue gini, yang mana gue masih jadi cungpret. Anyway, tau dia jawab apa?

"Duh gue malah ngiri sama lo, fotografer udah bisa keliling Bali gratis, nginep di hotel mewah segala.. Gue cuma begini."

DEG. Gue merasa gue gak bersyukur.

I believe every-single-thing is happened for reasons. Dan menurut gue, pertemuan macam ini, terlalu aneh untuk disebut sebagai 'coincidence'. Ya gak sih? 

Allah listened every-single-word you say in your pray. Dan dia menjawab semua gejala depresi, kegelisahan, kesedihan, keputus-asaan gue ini with a little 'coincidence' sweet meeting and a simple line from a very old friend.

Bahwa manusia itu, selalu merasa dirinya paling menderita. Dan mereka sendiri yang membuat diri mereka sendiri tidak bahagia.

Dan bahwa, rezeki itu tidak akan pernah bisa tertukar. Bagaimanapun caranya.


"Ya Allah, jika rezekiku masih di langit, turunkanlah. Dan jika  di dalam bumi, keluarkanlah. Jika sukar, permudahkanlah. Jika haram, sucikanlah. Dan jika jauh, dekatkanlah."


Keep the faith,
Neysa.


(my gigantic room in Bali, and it's free.)

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...