Miracles Do Happen Everyday

Ucapan Terima Kasih

Kepada Allah SWT, atas semua hal yang telah Engkau hadiahkan untukku: jalan terbaik, orang-orang terbaik, dan segala kemudahan. Terima kasih Engkau masih berkenan mendengarkan doa hamba. I couldn't ask for more.

Untuk kedua orang tua, (nama orang tua), atas semua support-nya, mulai dari finansial, moril, spiritual, bahkan 'kartu pers'-nya. Terima kasih juga atas pertanyaan-pertanyaannya yang akhirnya membuat saya 'gerah' juga. I may not the best kid in the world for you, guys, but you're absolutely the greatest parents ever.

Untuk (nama pembimbing), pembimbing terbaik yang bisa didapat seorang mahasiswa. Terima kasih.

Dan yang terakhir, untuk Olan Maulana, Yes you, my not-so-stranger lover. Thank you for the critiques, loves, and beliefs. Even when I don't believe in myself. Thank you for existing.


Tadi nggak sengaja ketemu skripsi sendiri, dan ngebaca (lagi) ucapan terima kasihnya. Haa, telat banget ya baru posting ini sekarang.

Jadi inget waktu bikin ucapan terima kasih ini bener-bener dadakan banget, karena udah terlanjur ke tempat fotokopi, dan tentu saja mepet dengan deadline (yea right, I'm Ms. Deadliner), dan nggak sempet untuk bolak-balik lagi cuma buat mikirin ucapan terima kasih. Untungnya saya bawa laptop. Alhasil bikin langsung jadi aja deh. :D

Haa, teringat pula masa-masa bikin skripsi. Yang. Benar. Benar. Nggak. Mudah.

Mulai dari gonta-ganti judul -- nggak cuma 1, atau 2, tapi 3 kali -- gara-gara narasumbernya kejauhan kek, nggak mau diwawancara kek, sampe ada yang NGGAK PUNYA DATA. Oh Indonesiaku tercinta.

That was the lowest point of my life.
Dan yang pasti sih melawan diri sendiri itu yang susah, apalagi setelah ganti judul. Kok yaa down-nya susah ilangnya. Bayangkan aja, selama 3 kali ganti judul, berapa bulan down-nya kalau ditotal.

Kalau ditanya gimana akhirnya kok bisa bangkit lagi, sebenarnya prosesnya agak aneh. Saya itu memang tipe orang yang senang 'menyiksa' diri sendiri. Dikala orang-orang harus disemangati supaya bisa bangkit, saya butuh dimaki-maki. And thanks God, my boyfriend did that.

Nggak maki-maki juga sih sebenarnya, tapi lumayan pedas juga. Dan komentar itu selalu datang di saat-saat tak terduga, misal:

"Duh, capek nih yang,"
"Kamu kan nggak ngapa-ngapain, kok bisa capek? Kerjain sana skripsinya!"
"......"

Atau

"Kamu udah ngerjain skripsi belum?"
"Belum. Abis aku nggak ngerti."
"Gimana mau ngerti, orang nggak pernah dikerjain."
"....."

Kejam memang. Tapi benar. I hate that, especially when he's right. X(


Tapi komentar-komentar itu yang bikin aku merasa tercambuk, selain fakta bahwa orang tua yang akan pensiun, dan yang lainnya juga. Belum lagi si pembimbing yang nggak membantu banget karena doyan banget ngejatuhin mental orang. Plus, tidak banyak menolong di saat sidang. Contoh:

"Tuh Ney, kayak si A dong. Udah beres, tinggal revisi kecil-kecilan" Padahal si A ada di sebelah saya. Dan tebak aja, mukanya udah sombong berat, cyiin...
"Ah, kamu ke mana aja? Giliran mepet-mepet baru muncul."
"Let's see. Nggak janji ya bisa lulus Februari."
"Mending kamu bayar buat semester depan, udah nggak mungkin ini mah."

Atau pas sidang waktu dibantai dosen lain,
"Bukannya bagian ini udah kita bahas ya? Kok nggak diganti?" Padahal demi Allah, dia nggak bilang apa-apa waku bimbingan. Malah dia bilang bagus.

Atau pas saya nge-joke biar nggak nervous saat sebelum mulai sidang, tiba-tiba dia bilang, "Kayaknya nggak lucu ya, kita mulai aja." Padahal dosen-dosen lain senyum-senyum.

Kalau sekarang dipikir-pikir, kok bisa ya saya nggak emosi? Kok bisa betah ya? Padahal saya itu emosiaaaaaann banget orangnya.

Tapi, saya juga nggak lupa juga waktu dia bilang gini saat bimbingan terakhir,
"Wah padahal saya pikir kamu nggak akan selesai, ternyata selesai juga."

Atau di depan orang lain, saya dijadikan contoh karena skripsi saya bisa beres dalam waktu 6 minggu. Six hell weeks, hell yeah.

Atau pada saat tanda tangan terakhir, saya sempat bertanya pada dia, dimana si A. Mengapa saya tidak melihatnya pada saat sidang. Dan dia menjawab,
"Oh si A nggak bisa sidang, karena nilai TOEFL-nya nggak memenuhi."

See? Miracles happen every single day. All you have to do is work your ass off and just believe. Anjingnya banyak banget soalnya. Nggak usah didengerin. Dan itulah mengapa di salah satu poin terima kasih saya ada beliau.

My favourite quote:
Don't say "God, I have a big problem", but "Problem, I have a bigger God" instead.


2 comments:

nanajingga | April 25, 2011 at 8:41 PM

ka neeeyyy.. setuju banget. aku juga butuh ada yang ngomelin. alhamdulillahnya temen se-PS-an aku ceplas-ceplos juga.

tapi sekarang dia juga lagi sibuk dengan skripsinya T.T

semangaaattt! pasti bisa. mohon doa ya, kaaa :D

neycit | April 25, 2011 at 9:23 PM

semoga dilancarkan ya, Na.. pokoknya jangan liat orang lain, liat diri kamu sendiri.. Fighting! :)

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...