0 com

Don't You Remember

Hey blackbird...

Apa yang terjadi denganmu? Kamu seharusnya bahagia. Pekerjaanmu, teman-temanmu, atasan-atasanmu, semua menyenangkan. Aku tahu ini titik terendahmu, aku sangat tahu. Tapi apalagi yang harus kulakukan untuk membuatmu bahagia? Apa lagi?

Aku sangat tahu masalahmu, walaupun tidak ada sepatah katapun yang keluar dari bibirmu.

Apa?

Waktumu yang tidak ada lagi untuk sekedar berbincang denganku?
Salah satu sahabatmu yang sekarang jauh darimu?
Teman lamamu yang kembali menghantuimu?
Atau cerita terakhirmu dengan sejuta pertanyaan?
Atau efeknya pada dirimu?

Atau fakta bahwa kamu tidak pernah menangis lagi?


Ya ya, pasti semuanya, dan disimpulkan dengan yang terakhir kan? Mengapa? Karena kamu merasa tidak lagi punya hati?

Aku sangat tahu kamu hanya mencoba melindungi hatimu. Hati yang belum sembuh itu, hati yang tak sama lagi seperti dulu.

Aku tahu rasanya. Rasa ketika perisai itu dicabut paksa ketika kamu sedang berselimut di dalamnya. Penghangat yang kamu tanam dalam-dalam berubah seketika menjadi es. Rasa teramanmu yang seketika berbalik menjadi mimpi burukmu.

Iya, lubang itu. Sejuta pertanyaan itu. Mengapa kamu? Mengapa dia? Mengapa saat itu? Apa salahmu? Mengapa semudah itu? Mengapa tidak ada air mata? Apa ini semacam lelucon kosmik alam semesta? Ya ya aku mengerti.


Ketika jalan mendatar ini bahkan terasa lebih buruk daripada lembah atau jalanan berbukit itu.

Ditambah lagi tak ada lagi sahabatmu yang satu itu. Lubang hitam yang semakin menggerogotimu.

Ya ya ya.

Mungkin sudah saatnya kamu memikirkan saran sahabatmu. Mencoba kembali. Membiarkan hatimu dijahit kembali. Aku tahu kamu sedang sangat nyaman dengan kesendirianmu, namun apa yang akan kamu lakukan ketika malam datang? Pikirkan itu.

Bukankah dia baik? Bukankah dia juga membiarkanmu menjadi dirimu sendiri? Mengertimu, dan tidak menyerah karenanya? Mengapa tidak bisa? Mungkin memang juga tidak untuk selamanya. Tapi biarkan dia menjahit hatimu. Menenangkanmu. Mengembalikannya seperti dulu, walaupun tidak sama.

Belum. Mungkin belum.


Cepatlah sembuh,
Solar-plexus.


#NP: Adele-Don't You Remember (Don't you remember the reason you loved me before...)
Read more »
0 com

D-E-A-D

I can't be easy.
Really, I can't
I'm so DEAD right now.


Whoosah!
Read more »
0 com

Exhausted! But happy about it.

November-Desember 2011

Nggak berasa banget 2 bulan terakhir ini. Pas sadar, tiba-tiba udah Natal aja. Kayaknya terakhir kali bisa merasakan hidup *apeu* itu pas awal November waktu acara raker kantor ke Pacet, Puncak. Setelah itu kayaknya hidupku di fast forward.

Tiba-tiba dapet kabar, program spesial Natal yang dipegang si papa bos yang tadinya cancel, mendadak jadi. Tiba-tiba aku harus ngurus ke Tapanuli mulai dari budget, keperluan ini-itu, tiket PP, hotel, ikut bantuin riset, ngurus driver di sana, sampe koordinasi ini-itu. Blaaaaah! Banyak banget, secara senin dikasih tau, jumat udah berangkat. Metong.

Seminggu berlalu begitu saja. Dengan penuh kenangan tentunya, secara Dinas Luar Kota pertama ya kan. Walaupun nggak semua tim asyik, but I have new meats here (baca: teman baru)

Seminggu di kantor, ngurusin semua-muanya untuk ke Larantuka. Pluuus, ngurusin editing Tapanuli sebentar karena harus didelegasiin ke temen (karena akan ditinggal seminggu), plus editing acara talkshow yang lama juga belum selesai. Tiap hari harus pulang pagi, dan mondar-mandir kantor-studio.

Seminggu berlalu lagi.

Tiba-tiba jumatnya udah harus terbang ke Maumere. Dengan langkah gontai dan kepala pening. Tapi hati excited kok. :) Untung di sana lancar, si papa bos juga asyik berats, plus tim yang berangkat wokeh semua tak terkecuali.

Tiba-tiba udah harus balik ke Jakarta. Ngantor lagi. Tapi kali ini full bantuin editing. Dimulai dari drama-drama ga penting, tapi makin ke sini makin membaik. Lagi-lagi, si papa bos okeh luar biasah.

Seminggu di studio. 2 shift editing (9 pagi-2 pagi)

Dua minggu... masih di studio. Masih 2 shift.

Di akhir minggu sempat ada kabar mengejutkan. Salah satu sahabatku mau pindah permanen ke Jogja. Dan sempat merasa ada di titik terendah, mungkin karena capek dan sedih kecampur-aduk. Sampe akhirnya ga sengaja keingetan lagi lagu Blackbird-nya The Beatles yang di-cover sama Cameron Mitchell si ganteng. Lumayan jadi NOS di detik-detik terakhir.

"Blackbird singing in the dead of night. Take these broken wings and learn to fly. All your life.
You were only waiting for this moment to arise. Blackbird fly, into the light of the dark black night."


Minggu ketiga. Mulai hectic, karena bos-bos besar mau preview, mulai tereksploitasi lagi demi program :)) tapi untungnyaaa, timnya okeeee berat! So, really I don't mind. Sampe digosipin rajin karena editornya ganteng, diimpor langsung dari Korea. Well, itu salah satu faktor (haha!), tapi faktor utamanya bukan itu. Serius deh. It's simply because I love documentary and excited about it.

H-3 sebelum tayang. Makin tereksploitasi, mulai nginep-nginep di Studio. :)) Mulai diajakin tos sama editor-editor senior sambil mereka bilang, "welcome to the club, PA of the month!" LOL!

Sampai tibalah hari ini. Akhirnya programnya jadi, walaupun akhirnya harus streaming program sendiri. Trus jam segini mulai gatau harus ngapain. Secara ga bisa tidur juga. Karena kebiasaan begadang, jam tidur jadi kacau. And begin to forget how to socialize with people. And ended up in front of this mac and blogging. And will end my perfect saturday night in about half an hour. :|



What a work,

Ney.


P.s: I really need holi-freaking-day, not just another day-off.
Read more »
0 com

Heaven-Seeker

I was looking for heaven recently

I thought heaven's when I found my old things
I thought heaven's when I found friendship
I thought heaven's when I found 'man' I used to think 'the one'

I was walking and running everywhere.

But I was wrong.

Because old things would brake
Friendship would end
And this man turned out let down of me


Surprisingly, I found it in me.

So I don't have to go to Cappadocia
or Istanbul
or Iceland
or anywhere else exotic in the whole world

All I have to do is being peace with myself.




Neycito
Read more »
2 com

Cerita dari Flores

Haihoo, akhirnyaa setelah 8 hari terputus dengan dunia luar --sebenernya nggak segitunya juga sih, tapi berhubung provider BB-ku XL dan di Flores ternyata sama sekali nggak ada sinyal XL jadi no pang ping selama 8 hari deh yay! And now i'm back to the J-town! So, what have I missed?

Anyway, entah kenapa trip kemarin terasa lebih spiritual. Maksudku bukan spiritual yang religius yah, tapi lebih ke 'mengenal diri sendiri'.

God always be kind to me. Somehow, Dia tau kalo aku akhir-akhir ini nggak punya waktu untuk berkontemplasi dengan diri sendiri (cailah!). Tapi serius deh, secara nggak sadar, selama 7 bulan kerja, aku nggak pernah sempat memikirkan diri sendiri. Selalu keluarga, kantor, teman, tabungan *eh*. Begitu seterusnya...

Tapi trip kali ini beda. Beda sama sebelumnya, waktu ke Tapanuli. Entah kenapa, yang kali ini lebih santai, tapi lebih dalem aja gitu. Mungkin karena di Flores I got the chance to socialize with locals, which I didn't have in Tapanuli.

Dan aku belajar satu hal. There's so much more beyond the eyes could see.

Jadi proverb "don't judge a book by its cover" itu BENER BANGET. Trus bukannya sebelumnya aku nge-judge juga sih, tapi kebiasaanku, dulu aku masih punya apa yaa... semacam 'generalisasi' buat orang-orang yang aku kelompokin ke label-label tertentu. Contoh kayak aku yang 'anak bungsu' sering banget dikelompokin ke label 'anak manja', 'anak kecil', dst. Kalo ada yang nanya "Ney, kamu anak ke berapa sih?" dan setelah dapet jawaban anak terakhir, mereka langsung, "pantes..."

Cover itu apa yaa... cuma topeng terluar aja, yang mau ditunjukin ke orang. If you want to know me more, come to me, let's get closer then. Padahal selama ini aku juga begitu, tapi aku nggak sadar selama ini BANYAK juga yang sama kayak gitu juga. :P

******

Contohnya si teman yang satu ini. *semoga dia nggak baca, ya... :P *

Waaw, dia itu sasaran empuk deh kalo orang mau lihat dia dari cover-nya. Dan dia juga bukan orang yang protes kalo kita misjudgement. Aku pun sama. Pertama kali ngeliat dia, seram luar biasah! Secara physically, ga usah dilanjutin hahah... :)) *dia pasti ngakak abis kalo baca*

Tapi ternyata... Baik banget. Secara di sana aku cewek sendiri, dan kalo dia mau cuek-cuek aja kayak yang lain, selagi aku ngurus ini-itu with locals 'which-turns-out-I'm-too-naive-to-deal-with-them' sendirian, pun bisa. Secara bukan job desk dia. Tapi ternyata justru dia yang nemenin. Dia yang maju kalo orangnya seram-seram, mulai dari aku dicolekin tukang minta-minta, sampe nawar harga sama penjual bertampang seram. Haha, thank you mas!

Ternyata, banyak cerita di balik semua 'sketsa' yang terukir di badannya itu. Ternyata ternyata ternyata. Banyak ternyata. Padahal sebelum berangkat, aku udah dinasehatin banyak orang karena aku cewek satu-satunya di dalam tim, dan ada dia. :))

Aku belajar banyak dari dia. Nggak semua orang harus tau cerita kita. Dan no big deal kalo orang salah menilai kita atau punya prejudice sama kita. Dan jangan takut kehilangan teman. Karena selama kita jadi orang baik, mau cover kita kayak apa juga, sahabat dan keluarga lah yang lebih tau kita. Yang paling penting, kita nyaman dengan diri kita sendiri, peduli amat dengan kata orang. :)

Pantes ya, biar serem gitu, anak-anak, anjing, random people sampe host-nya Jejak Petualang pada nempeeeel semua. :P


Kalo bukan orang iseng dan agak gila kayak dia,
nggak akan bisa bikin 1 gereja pose imyut kayak gini. :))



The over-tanned girl,

Neycito.


P.s: Foto-foto lain menyusul di post berikutnya ya. Psssst, deep down, suka ngiri nggak sih cowok baik-baik model begini pasti udah punya pacar yang rruaarrr biasah. Qiqiqiqiqq. Peace ah!
Read more »
Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...