Cerita dari Pulau Terpencil

Kalo ada yang baca blogku, di beberapa kesempatan aku ngaku banget jadi orang yang paling penakut. Bahkan untuk ngomong sama mas-mas McD (ataupun semua yang sifatnya pesan-antar) waktu mo mesen delivery via telfon. Takut gelap, takut sendirian, takut di tempat asing, takut macem-macem deh. Tapi beberapa hari yang lalu, i pushed my own limit.

Awalnya karena one of my best friends, Ricco Suhardian, yang emang berjiwa back-packer itu ngajakin back-packing bareng dia dan temen-temennya. Emang sempet sih waktu kemaren-kemaren diajakin juga, tapi nggak pernah sempet-sempet. Kalo nggak karena sibuk kuliah, jauh, nggak ada duit, atau nggak belum berani. Tapi tawaran yang kemarin akhirnya ku iya-in, karena deket, biayanya murah, dan pas lagi libur, dan yang paling penting perginya ke pantai, Karimun Jawa.

Bagi yang nggak tau, Karimun Jawa tuh kayak pulau Seribu, tapi berbatasannya langsung dari Jepara. Lumayan terpencil, kalo naik kapal nestapa ferry itu, butuh 6 jam dari Jepara menuju Karimun Jawa. Hemm, bayangin aja terombang-ambing in the middle of nowhere selama 6 jam. Ngobrol udah, foto-foto udah, berjemur udah, makan udah, tidur udah, main uno udah, gosipin Marshanda udah, gosipin orang-orang terdekat juga udah, trus ngapain lagi ya? Hemmm..

Jujur, this is my first time. Berada di tengah-tengah orang baru, berada di lingkungan yang sama sekali aku nggak tau, hanya dikelilingi fasilitas yang minim (jangan berharap ada AC, jacuzzi, yacht.. We're not koper-ing, anyway).

And i was freaking scared! Bayangin aja, aku dan 3 cewek lainnya (Puti, Iah, Ka Becka) nggak kebagian kamar, alhasil kita harus tidur di ruang TV (sementara cowok2 di ruang tamu, sebelah ruangan). Untung yang bagian ini udah pernah dilakukan waktu Sarasehan dan pelantikan Paskib. Trus kamar mandinya, masya Allah, pernah ada satu waktu, aku, Iah, dan ka Becka numpang mandi di rumah tetangga, karena nggak ada air, dan tebak apa? Tu kamar mandi nggak punya pintu! Tapi keadaan yang mendesak bikin kita sedikit lebih kreatif hahaha. Dan jangan mengharapkan ada ruang ganti, atau sekedar air untuk minum waktu kita menjelajah pulau. Beuh.

But, finally, i pushed my own limit. Aku mandi di kegelapan, aku berada di negeri terpencil, dan harus mengurus diriku sendiri dengan minimnya fasilitas. And thanks God, i made it. orang-orang yang kemaren ikut juga baik-baiiiiikk bangett, nggak ada yang sombong, kekeluargaan banget deh. Padahal range umur kita jauh loh. Heuheu jadi kangen mereka, kangen hiu, kangen kerajaan laut di pulau Cilik, kangen kongkow-kongkow di kantin bu Ester, kangen foto-fotoin orang pake Cancil-nya Iah, kangen PANTAINYA, kangen LUMBA-LUMBA hitam liar yang kita temui waktu perjalanan naik kapal, kangen semuanya!



Me with Cancil-nya Iah
photographed by: Ridwan Doank



Me and my best friend, Ricco
photographed by: Puti Fauzya



Me and Lil' Turtle
photographed by: Banar Yuwandaru



Me and The "Freakin" Gank in Tengah island
photographed by: Ricco Suhardian



Me and The Big Family
photographed by: Azis Abdulah


Makasi ya semuanyaaa..

Ney

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...