Nostalgia. :)
Mumpung revisian udah beres, jadi teringat sesuatu...
Dulu waktu SMA, setelah dibuat patah hati oleh sahabat sendiri karena persahabatan yang kami buat sendiri, saya pernah berpikir...
"Mungkin nanti ada yang seperti dia, atau yang lebih dari dia. Dunia kuliah gitu loh, orang-orangnya udah dewasa-dewasa, banyak orang baru, pasti makin banyak pilihan. Mungkin nanti bisa melupakan perasaan yang ini."
Saya tidak sadar sampai si sahabat saya ini menelpon saya di suatu malam...
"Ney, gue lagi deket sama cewek."
And suddenly my heart stopped.
Ketika itu, saya baru tersadar, ternyata tidak ada yang bisa menggantikan dia.
Tapi tidak ada yang bisa saya lakukan, kecuali mendoakan dia bahagia.
Apalagi ketika melihat foto-foto mereka di situs-situs social-network itu, atau ketika bertemu sahabat saya langsung. Rasanya seperti ada yang hilang, entah apa.
Sakitnya luar biasa. Rasanya seperti punggung disiram es batu yang ujungnya tajam. Dan semakin sakit ketika harus tersenyum ketika sahabat saya ini bercerita tentang pacarnya. :)
Belum lagi ketika si pacarnya ini cemburu dengan saya.
Disuruh memilih, pada akhirnya sahabat saya memilih pacarnya.
Saya hipotermia.
Walaupun sebenarnya tidak rela, tetapi saya maklum dan berusaha terdengar santai seperti sahabat yang baik... Dan memang saya berusaha ingin menjadi sahabatnya yang paling baik buat dia.
Huah, ternyata perjalanan kami ndak mulus juga. :)
P.s: Jadi maklum kan kenapa saya nggak bosan-bosannya bikin posting tentang dia. :)
Read more »
Dulu waktu SMA, setelah dibuat patah hati oleh sahabat sendiri karena persahabatan yang kami buat sendiri, saya pernah berpikir...
"Mungkin nanti ada yang seperti dia, atau yang lebih dari dia. Dunia kuliah gitu loh, orang-orangnya udah dewasa-dewasa, banyak orang baru, pasti makin banyak pilihan. Mungkin nanti bisa melupakan perasaan yang ini."
Saya tidak sadar sampai si sahabat saya ini menelpon saya di suatu malam...
"Ney, gue lagi deket sama cewek."
And suddenly my heart stopped.
Ketika itu, saya baru tersadar, ternyata tidak ada yang bisa menggantikan dia.
Tapi tidak ada yang bisa saya lakukan, kecuali mendoakan dia bahagia.
Apalagi ketika melihat foto-foto mereka di situs-situs social-network itu, atau ketika bertemu sahabat saya langsung. Rasanya seperti ada yang hilang, entah apa.
Sakitnya luar biasa. Rasanya seperti punggung disiram es batu yang ujungnya tajam. Dan semakin sakit ketika harus tersenyum ketika sahabat saya ini bercerita tentang pacarnya. :)
Belum lagi ketika si pacarnya ini cemburu dengan saya.
Disuruh memilih, pada akhirnya sahabat saya memilih pacarnya.
Saya hipotermia.
Walaupun sebenarnya tidak rela, tetapi saya maklum dan berusaha terdengar santai seperti sahabat yang baik... Dan memang saya berusaha ingin menjadi sahabatnya yang paling baik buat dia.
Huah, ternyata perjalanan kami ndak mulus juga. :)
P.s: Jadi maklum kan kenapa saya nggak bosan-bosannya bikin posting tentang dia. :)