Normal and Stable

Jadi keingetan sesuatu. Kayaknya bakal panjang nih postingnya.

Berawal dari browsing sana-sini, sampai nemu 'catatan harian online'-nya si wanita ini. Trus jadi keingetan sesuatu. Gini awalnya.

Suatu hari, si pria ini entah dari mana ngeliat profil maya-ku. Waktu kali pertama kita ngobrol adalah pada saat si pria ini nge-'add' salah satu akun messengerku. Awalnya nggak aku tanggepin sampe dia menyebut salah satu teman dekatku waktu SMA. Anyway, si pria ini bilang dia kenal banget sama teman SMA-ku ini, teman kecilnya apa kalo nggak salah. Akhirnya, kita ngobrol banyak.

Awalnya juga biasa aja ngobrol sama si pria ini. Pas aku tanya si teman SMA-ku, dia kaget juga kenapa aku bisa kenal, tapi intinya dia tau si teman kecilnya itu, dan aku percaya teman SMA-ku ini. Tapi lama-lama, obrolannya mulai intens. He began to text me. And that's when I knew he began to 'approach' me. (halah) Bukannya pede, tapi aku seperti punya radar when they did it. Karena pada dasarnya, aku takut didekati pria. Seriously. Even my boyfriend ever said he always scared to tell that he loves me, karena pada dasarnya dia tau aku yang 'penakut' ini, dan dia nggak mau aku takut sama dia karena perasaannya dia. (Padahal kan waktu itu aku juga ngarep dia ngomong, dasaaaarr...)

Intinya, aku mulai takut sama pria ini. Apalagi waktu dia mulai menunjukkan tanda-tanda tertentu. Aku selalu mengibaratkan pria-pria dalam tahap ini seperti burung:
  1. Burung merak jantan pada musim kawin yang ingin mendapatkan pasangannya, biasanya akan mengembangkan ekor-ekornya yang indah. Tujuannya: supaya terlihat keren, dan pasangannya jadi takjub
  2. Burung unta pada musim kawin yang ingin mendapatkan pasangannya, biasanya melakukan tarian konyol dengan memutar-mutar tubuhnya. Tujuannya: supaya pasangannya terkesan dia 'jago akan sesuatu'
Dalam keadaan normal dan stabil, biasanya aku langsung males nih kalo ada yang ngedeketin kayak gini. Ibarat bunglon, aku akan mengubah warnaku jadi warna-warna tajam supaya bunglon jantan tau aku mengirim pesan, "jangan dekat-dekat!"

Anywhoo, aku nggak kayak bunglon. Jadi walaupun terdengar klise, tapi aku ngasih sinyal 'kita temenan aja', and I mean it. I really hoped we could be friend. Tapi ternyata doi nggak mau tuh, and one day he disappeared.

Time flies. Nothing's changed with me.

Someday, somehow, I was checking on my social network account, and I found this girl. Sebenarnya wanita ini juga sekolah di SMA yang sama denganku, dan dia berteman dengan teman-temanku. I know her, and I'm pretty sure she knows me, but we didn't talk each other. Yah, seperti itulah. She's kinda changing her relationship status, with someone I knew I'm familiar with. And, guess who?

Yea, that guy. That exact same guy.

To me, see that, I was like, "wow, small world, huh?!" Beneran nggak ada perasaan jealous sama sekali. Bahkan aku sempat nge-add si pria ini, karena aku anggap dia teman lama. Serius deh nggak pake tanda kutip. Dan pas ngeliat tanggal jadiannya, aku sempat mengelus-ngelus dagu.

Waktu yang sama dengan waktu dia menghilang. Hmmm... (naluri provoost plus kebanyakan nonton film detektif, hadeh.)

Hal pertama yang terpikir: "Antara kebetulan, atau emang 'pindahnya' cepat, atau dia pasang 'perangkap' dimana-mana?" Dan jujur, perasaanku nggak enak banget, apalagi setelah dulu sempat menebak pria macam apa dia. Jujur, aku pengen ngasih tau si wanita ini, tapi gimana lagi. Pertama, mereka udah jadian. Kedua, aku nggak terlalu deket sama si wanita. Masa ujug-ujug. Akhirnya aku pilih diam.

And I made BAD BAD decision. Beberapa bulan kemudian aku penasaran kok belum ada tanda-tanda si pria ini meng-confirm undangan pertemananku ya? Dan ternyata pas di cek, emang belum di-confirm. Sempat bertanya-tanya tapi akhirnya malah lupa gara-gara terlalu excited for going abroad to Turkey. Yay! Dan karena perjalanan dan internet yang cuma bisa di hotel, akhirnya aku jarang online.

Hari itu, bosan sendirian di hotel pas abis mandi (roomate-ku lagi ngecengin bule-bule Turki, haha), akhirnya ku putuskan hot spot-an di laptop. First notification I got was from that guy. He confirmed me. And I smelt something fishy. Dan benar saja, ternyata mereka berdua putus. And the day he confirmed me was the exact day he broke up with her! Even he wall-ed me with something nice and 'ganjen' and 'sok deket' words. Tapi terus dia hapus, dan diganti something polite like, "Hey, Ney, gimana kabarnya?" But hell-ooo, it's written on my email. Asshole.

Dan baru tau baru-baru ini, they broke up because he cheated on her. JERK!

Dan aku semakin merasa bersalah sama si wanita ini, because I've never told her. What would you do if you're me?




P.s: Pesan moralnya adalah kita bisa menilai seseorang dengan benar ketika kita berada di situasi yang sangat normal dan stabil. So, be stable. Dan untuk si wanita ini, saya benar-benar minta maaf. I'm really sure that you're worth the great guy, way much greater than him. Fighting! :')

0 comments:

Related Posts Plugin for WordPress, Blogger...